Senin, 31 Januari 2011

HUKUM PENGUMUMAN SEBELUM KHUTBAH JUMAT

حكم اعلان المحاضرة الدينية قبل خطبة الجمعة

HUKUM PENGUMUMAN PENGAJIAN SEBELUM KHUTBAH JUMAT

Dalam menetapkan hukum dari permasalahan diatas dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya:
1. Hukum berbicara sebelum khutbah jumat dilaksanakan
2. Hukum pengumuman di masjid
3. Hukum menggunakan pengeras suara/inventaris masjid untuk pengumuman (pengajian dll)
Dengan uraian sebagai berikut:

1. Hukum berbicara sebelum khutbah
Sebagaimana dimaklumi, bahwa kita dilarang berbicara ketika khotib sedang membaca khutbah. Namun bagaimana jika kita berbicara sebelum khutbah dimulai. Waktu ini mencakup waktu-waktu berikut:
• Setelah adzan pertama dan sebelum adzan kedua
• Setelah adzan kedua dan sebelum khutbah jumat.
Apakah hukumnya sama dengan berbicara ketika khutbah:
كفاية الاخيار : وروي {أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل عليه رجل وهو يخطب يوم الجمعة، فقال: متى الساعة؟ فأومأ الناس إليه بالسكوت فلم يفعل وأعاد الكلام فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم له بعد الثانية: ويحك ما أعددت لها قال: حب الله ورسوله فقال إنك مع من أحببت} رواه البيهقي بإسناد صحيح.
Dalam kitab kifayatul Akhyar terdapat suatu riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi SAW ketika sedang membaca khutbah jumat ada orang yang baru masuk masjid kemudian bertanya: Kapan kiamat itu terjadi wahai rasul?. Kemudian para jamaah dengan isyarat menyuruhnya untuk diam tapi ia tidak mau diam dan mengulangi perkataannya. Setelah ia mengulangi pertanyaan untuk kedua kalinya, Maka Rasul SAW menjawab: Apa yang kau siapkan untuk menghadapi hari kiamat? Lalu dia menjawab: Aku bersiap menghadapi kiamat dengan cinta Allah dan RasulNya. Rasul lalu menjawab: Sesungguhnya Engkau akan dikumpulkan bersama orang yang kau cintai. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bayhaqi dengan sanad yang shahih.
وجه الدلالة أنه عليه الصلاة والسلام لم ينكر عليهم ذلك ولو كان حراماً لأنكره، ويجوز الكلام قبل الشروع في الخطبة وبعد الفراغ منها وقبل الصلاة.
Kebolehan berbicara sebelum khutbah, itu ditunjukkan oleh hadits diatas yaitu bahwasannya Nabi tidak mengingkari atau melarang orang yang bertanya tadi untuk berbicara. Jikalau berbicara itu hukumnya haram niscaya Rasul akan mengingkarinya atau melarangnya. Dan Boleh hukumnya, berbicara sebelum memulai khutbah, setelah selesai khutbah dan sebelum melakukan sholat jumat.
قال في المرشد: حتى في حال الدعاء للأمراء أو فيما بين الخطبتين خلاف، وظاهر كلام الشيخ أنه لا يحرم، وبه جرم في المهذب والغزالي في الوسيط
Dikatakan dalam kitab al-Mursyid: (Kebolehan berbicara tersebut berlaku) sampai-sampai ketika khotib berdoa untuk umaro', atau diantara dua khutbah terdapat khilaf. Secara dhohir perkataan as-syaikh bahwasannya hal itu tidaklah haram hukumnya. Dan dengan hukum (tidak haram) ini ditetapkan oleh Imam Nawawi dalam kitab al-Muhaddab dan Imam Ghazali dalam kitab al-Wasith.
.
نعم في الشامل وغيره إجراء القولين، ثم هذا في الكلام الذي لا يتعلق به غرض مهم ناجز، فأما إذا رأى أعمى يقع في بئر أو عقرباً تدب على إنسان فأنذره أو علم ظالماً يتطلب شخصاً بغيرحق كعريف الأسواق ورسل قضاة الرشا فلا يحرم بلا خلاف، وكذا لو أمر بمعروف أو نهى عن منكر فإنه لا يحرم قطعاً، وقد نص على ذلك الشافعي واتفق عليه الأصحاب.
Memang terdapat pro kontra (dua pendapat) dalam kitab as-Syamil, namun yang perlu diketahui bahwa perkataan yang dimaksud dalam pembahasan hukum ini adalah perkataan yang tidak penting. Adapun jika perkataan itu penting lagi mendesak maka hukumnya boleh / tidak haram tanpa adanya khilaf ulama, seperti :
• jika melihat orang buta yang akan jatuh ke dalam sumur maka ia (orang yg melihatnya) berbicara untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
• melihat ada kalajengking yang merayap dan mau menyengat sesorang maka ia (orang yg melihatnya) berbicara untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
• Melihat orang dholim - seperti pimpinan pasar (yang biasanya menarik uang kepada pedagang tanpa hak), atau utusan dari pemimpin yang korup - yang mencari orang seseorang yang akan didholimi
• Begitu juga, Jika perkataan itu berupa amar ma'ruf nahi munkar maka sama sekali tidak diharamkan dan hal ini telah jelaskan oleh Imam syafii dan disepakati oleh para ulama syafi'iyah.

Dalam Kitab al-Majmu' Syarah Muhaddzab:
اما قبل الشروع فيها وبعد فراغها فيجوز الكلام بلا خلاف لعدم الحاجة إلي الاستماع (المجموع). وكذا فى أسنى المطالب و تحفة المحتاج في شرح المنهاج وغيرها.
Adapun sebelum dimulainya khutbah dan setelah selesainya khutbah maka berbicara itu hukumnya boleh (jawaz)- tanpa ada khilaf ulama – karena tidak ada yang butuh untuk disengarkan.

2. HUKUM PENGUMUMAN DI MASJID (MENGERASKAN SUARA)
880- حَدَّثَنَا أَبُو الطَّاهِرِ أَحْمَدُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ حَيْوَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ مَوْلَى شَدَّادِ بْنِ الْهَادِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَمِعَ رَجُلًا يَنْشُدُ ضَالَّةً فِي الْمَسْجِدِ فَلْيَقُلْ لَا رَدَّهَا اللَّهُ عَلَيْكَ فَإِنَّ الْمَسَاجِدَ لَمْ تُبْنَ لِهَذَا و حَدَّثَنِيهِ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا الْمُقْرِئُ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا الْأَسْوَدِ يَقُولُ حَدَّثَنِي أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مَوْلَى شَدَّادٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ بِمِثْلِهِ (صحيح مسلم)
Hadits Pertama: Abi Abdillah mendengar abu huroiroh berkata, Rasul SAW bersabda: Barang siapa yang mendengar (perkataan dari) orang yang sedang mencari barang hilang di masjid maka katakanlah kepadanya: Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu, Karena masjid itu tidak dibangun untuk (kepentingan) ini (maksudnya: mencari barang hilang).
Hadits Kedua: Abi Abdillah mendengar dari abu huroiroh berkata: aku mendengar Rasul bersabda: …(Isi hadits) sama dengan diatas.
Kedua Hadits tersebut dalam Kitab Shohih Muslim

في هذين الحديثين فوائد منها : النهي عن نشد الضالة في المسجد ، ويلحق به ما في معناه من البيع والشراء والإجارة ونحوها من العقود ، وكراهة رفع الصوت في المسجد .
Dalam 2 hadits tersebut terdapat beberapa faidah (keterangan hukum) diantaranya:
• Larangan (berbicara/pengumuman) mencari barang hilang di masjid
• Termasuk juga didalamnya adalah: jual beli, sewa menyewa dan lain sebagainya dari transaksi-transaksi semisalnya.
• Kemakruhan mengeraskan suara di masjid.
قال القاضي : قال مالك وجماعة من العلماء : يكره رفع الصوت في المسجد بالعلم وغيره ، وأجاز أبو حنيفة - رحمه الله تعالى - ومحمد بن مسلمة من أصحاب مالك - رحمه الله تعالى - رفع الصوت فيه بالعلم والخصومة وغير ذلك مما يحتاج إليه الناس ؛ لأنه مجمعهم ولا بد لهم منه .(شرح النواوي)
Al-qodli berkata: Imam Malik dan Sejumlah ulama berkata: Makruh hukumnya mengeraskan suara di masjid baik urusan ilmu atau lainnya. Adapun Abu Hanifah RH dan M.Maslamah dari kalangan malikiyah RH, Memperbolehkan mengeraskan suara di masjid untuk keperluan ilmu atau memperdebatkan sesuatu yang dibutuhkan masyarakat karena masjid adalah tempat berkumpul mereka dan hal ini tidak bisa dihindari. (Syarah An-Nawawi)
Disebutkan dalam kitab غذاء الألباب في شرح منظومة الآداب:
مطلب : حكم رفع الصوت في المسجد. ويسن أن يصان عن لغط ، وكثرة حديث لاغ ورفع صوت بمكروه . وظاهر هذا عدم الكراهة إذا كان مباحا أو مستحبا ، وهو مذهب أبي حنيفة والشافعي .

Permasalahan: Hukum mengeraskan suara di masjid. dan Sunnah menjaga masjid dari suara gaduh, banyaknya pembicaraan yang sia-sia dan mengeraskan suara dengan perkara yang makruh. Yang jelas dari permasalahan ini (mengeraskan suara di masjid) adalah tidak maruh jika isi perkataannya itu mubah (boleh) atau sunnah. Dan Ini adalah madzhab imam abu hanifah dan Imam syafii.

3. HUKUM MENGGUNAKAN PENGERAS SUARA/INVENTARIS MASJID UNTUK PENGUMUMAN (PENGAJIAN /SOSIAL/DLL) : BOLEH DAN BAIK
وَالْحَاصِلُ مِنْ جَمِيْعِ مَا ذَكَرْنَاهُ وَنَقَلْنَاهُ فِيْ هذَهَ الْوَرِيْقَاتِ أَنَّ اسْتِعْمَالَ مُكَبِّرَاتِ الصَّوْتِ فِي الآذَانِ وَغَيْرِهِ مِمَّا يُطْلَبُ فِيْهِ الْجَهْرُ أَمْرٌ مَحْمُوْدٌ شَرْعًا وَهذَا هُوَ الْحَقُّ وَالصَّوَابُ .(رسالة توضيح المقصود 16)
Hasil dari semua hal yang telah kami sebutkan dan kami kutipkan dalam lembaran-lembaran ini adalah bahwa mempergunakan pengeras suara dalam adzan dan lainnya dari hal-hal yang dituntut untuk dikeraskan adalah perkara yang dipuji dalam syara'. Dan ini adalah yang hak dan yang benar.


NB:
Sekedar untuk wacana dan tambahan keterangan sebagai perbandingan hukum dan bukan untuk dasar hukum. : bahwa pengumuman di masjid untuk kebaikan diperbolehkan oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz (ulama Wahhabi) dalam fatwanya dalam permasalahan mengedarkan kotak amal ketika jumatan, yang terdapat dalam situs http://www.ibnbaz.org.sa/mat/16368
لنا صندوق خيري لصالح المسجد، ويوجد رجل مخصص لهذا الصندوق يدور به على صفوف المصلين قبل الصلاة، وخاصة يوم الجمعة، فما حكم هذا العمل، علماً بأن بعض المصلين يجد شيئاً من الحرج؟
Pertanyaan, “Kami memiliki kotak infak untuk kepentingan masjid. Ada petugas khusus yang yang bertugas menjalankan (memutarkannya) di depan jamaah masjid sebelum shalat dimulai terutama pada hari Jumat. Apa hukum perbuatan semisal ini mengingat sebagian jamaah kurang setuju dengan hal ini?”
هذا فيه نظر؛ لأن معناه سؤال للمصلين وقد يحرجهم ويؤذيهم بذلك، فكونه يطوف عليهم ليسألهم حتى يضعوا شيئاً من المال في هذا الصندوق لمصالح المسجد لو تَرك هذا يكون أحسن وإلا فالأمر فيه واسع، لو قال الإمام: أن المسجد في حاجة إلى مساعدتكم وتعاونكم فلا بأس في ذلك؛ لأن هذا مشروع خيري
Jawaban bin Baz (wahabi), “Hal ini perlu mendapatkan rincian. menjalankan (Memutarkan) kotak infak itu bermakna meminta-minta kepada jamaah masjid yang hendak menunaikan shalat. Boleh jadi hal ini menyusahkan dan mengganggu mereka. Adanya petugas yang berkeliling di hadapan para jamaah masjid untuk meminta mereka agar mereka memasukkan sebagian uang mereka ke dalam kotak infak masjid adalah suatu hal yang lebih baik ditinggalkan. Meski sebenarnya ada kelonggaran dalam masalah ini. Seandainya pengurus masjid menyampaikan pengumuman bahwa masjid membutuhkan bantuan finansial dari para jamaah masjid maka tidaklah mengapa (boleh saja) karena hal ini adalah termasuk kegiatan yang bersifat murni sosial.

Tidak ada komentar: