Jumat, 04 Desember 2009

TAWASSUL

“Tawassul” dari segi bahasa dari kata “wasilah” yang berarti ‘darajah’ (kedudukan), ‘qurbah’ (kedekatan), atau dari ‘washlah’ (penyampai dan penghubung). Dalam istilah syariat Islam tawassul dikenal sebagai sarana penghubung kepada Allah melalui ketaatan.

Contoh: orang sakit datang ke dokter, dia menjadikan dokter sebagai perantara untuk mendapatkan kesembuhan dengan tetap meyakini bahwa pemberi kesembuhan adalah Allah Swt. Begitu pula seorang murid membaca buku atau belajar kepada seorang guru, maka dia menjadikan buku dan guru sebagai perantara untuk meraih ilmu. Sedangkan ilmu pada hakikatnya dari Allah Swt.
Apabila diyakini dokter pemberi kesembuhan atau buku dan guru pemberi ilmu, maka dihukumi sebagai kesyirikan terhadap Allah.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ
“ Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepadanya.” (QS Al-Ma’idah: 35).
Perintah dari Allah di atas untuk mencari wasilah (perantara) mendekat diri kepada-Nya disebutkan secara mutlak (dalam bentuk ketaatan). Dalam kitab tafsir Asshowy diterangkan “Termasuk kesesatan dan kerugian yang nyata apabila mengkafirkan kaum muslimin karena berziarah ke makam para wali Allah, dengan menuduh bahwa ziarah merupakan penyembahan kepada selain Allah. Tidak! bahkan termasuk bentuk cinta karena Allah, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah Saw
اَلاَ لاَ إِيْمانَ لِمَن لاَ مَحبةَ له والوسيلة له التي قال الله فيها وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ
“Ingatlah ! tidak ada iman bagi orang yang tidak ada cinta, dan wasillah kepadanya yang dikatakan Al-Qur’an “dan carilah wasilah menuju Allah”. (As-Showi ala Tafsir jalalain juz 1 hal. 372)
Rasulpun bertawassul
Dalam hadits yang dikeluarkan oleh Abu Nu'aim, Thabrani dan Ibn Hibban dalam shahihnya, bahwa ketika wafatnya Fathimah binti Asad (Bunda dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw, dalam hadits itu disebutkan Rasul saw rebah/bersandar dikuburnya dan berdoa : Allah Yang Menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Hidup tak akan mati, ampunilah dosa Ibuku Fathimah binti Asad, dan bimbinglah hujjah nya (pertanyaan di kubur), dan luaskanlah atasnya kuburnya, Demi Nabi Mu dan Demi para Nabi sebelum ku, Sungguh Engkau Maha Pengasih dari semua pemilik sifat kasih sayang., jelas sudah dengan hadits ini pula bahwa Rasul saw bertawassul di kubur, kepada para Nabi yang telah wafat, untuk mendoakan Bibi beliau saw (Istri Abu Thalib).
Sahabatpun bertawassul
Demikian pula tawassul Sayyidina Umar bin Khattab ra. Beliau berdoa meminta hujan kepada Allah :
عَنْ أَنَسٍ اَنَّ عُمَرَابْنَ اْلخَطَّابِ رَضِىَاللهُ عَنْهُ كاَنَ اِذَا قَحَطُوْا اِسْتَسْقىَ بِالعَبَّاسِْبنِ عَبْدِاْلمُطَلِّبِ فَقَالَ: الَّلهُمَّ اِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا وَاِنَّا نَتَوَسَّلُ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا, قَالَ: فَيُسْقَوْنَ. رواه البخارى
"Wahai Allah, kami telah bertawassul dengan Nabi kami (saw) dan Engkau beri kami hujan, maka kini kami bertawassul dengan Paman beliau (saw) yang melihat beliau (saw), maka turunkanlah hujan..”. maka hujanpun turun. (Shahih Bukhari hadits no.963 dan hadits yang sama pada Shahih Bukhari hadits no.3508). Umar bin Khattab ra melakukannya, para sahabat tak menentangnya, demikian pula para Imam-Imam besar itu tak satupun mengharamkannya, apalagi mengatakan musyrik bagi yang mengamalkannya, hanyalah pendapat sekte sesat ini yang memusyrikkan orang yang bertawassul, padahal Rasul saw sendiri bertawassul.
Bertawassul dengan orang-orang yang dekat kepada Allah seperti para nabi, rasul dan shalihin, bukan berarti meminta kepada mereka, tetapi memohon agar mereka ikut memohon kepada Allah agar permohonan do’a diterima Allah SWT. Sebab, seluruhnya juga adalah haq Allah, seperti disebutkan berikut ini:
لاَمَانِعَ لمِاَ أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لمِاَ مَنَعْتَ
“Tiada ada yang mencegah kalau Allah mau memberi, dan tidak ada yang bisa memberi kalau Allah mencegahnya.”










LAFADZ TAWASSUL



1. سَيِّدِنَا وَشَفِيْعِنَا وَحَبِيْبِنَا وَقُرَّةِ اَعْيُنِنَا مُحَمَّدٍ وَاِخْوَانِهِ مِنَ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عليه وعَلَيْهِمْ اَجْمَعِيْنَ ثُمَّ اِلَى حَضَرَاتِ جَمِيْعِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكَرْ وعُمَرْ وَعُثْمَانْ وعَلِى ثُمَّ اِلَى حَضْرَةِ عَبْدِاللهِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ وَبَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ اَجْمَعِيْنَ (الفاتحة)
Wasilah : Kanjeng Nabi Muhammad SAW , Anbiya, khulafaur rosidin, Sahabat ibnu mas’ud RA dan Para sahabat Nabi RA yang lainnya…

2. جَمِيْعِ الْعُلَمَاءِ وَاْلاَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ خُصُوْصًا سَيِّدِنَا الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرْ اَلْجَيْلاَنِى وَسَائِرِ اْلاَوْلِيَاءِ التِّسْعَةِ اَلَّذِيْنَ بَلَغُوْا الدِّيْنَ بِبُلْدَتِنَا إِنْدُوْنِيْسِيَا هَذِهِ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ وَمَنْ بَعْدَهُمْ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ثُمَّ اِلَى حَضْرَةِ مُؤَسِّسِ مَعْهَدِ النُّوْرِ كِيَاهِى اَنْوَارْ نُوْرْ بُلُوَلاَوَنْجِ وَاِلَى حَضْرَةِ كِيَاهِى عَبْدُ الْحَمِيْدْ فَاسُوْرُوَانْ إِنَّ اللهَ يُعْلِى دَرَجَاتِهِمْ فِى الْجَنَّةِ وَيُعِيْنُنَا عَلَى ذِكْرِهِ وشُكْرِهِ وَحُسْنِ عِبَادَتِهِ بِبَرَكَاتِهِمْ وَاَسْرارِهِمْ وَأَنَّ اللهَ يُبَلِّغُنَا زِيَارَةَ الْحَرَمَيْنِ بِجَاهِهِم عِنْدَ اللهِ (الفاتحة)
Wasilah dengan para Para Ulama, Auliya, suhada’, sholihin, khusunya; Syaikh Abdil qodir Al-Jailani, Wali songo, Para penyebar agama islam, Pendiri PP AN-NUR KH Anwar, Mbah KH Abd Hamid Pasuruan, Tinggikanlah derajat mereka Ya Allah, Tolonglah Kami agar kuat berdzikir , bersyukur dan beribadah kepada-Mu dan sampaikanalah Kami berziarah ke mekkah-medinah dengan wasilah kemuliaan mereka semua…(Al-fatihah)

3. جَمِيْعِ اَسَاتِذِنَا وَمَشَايِخِنَا وَوَالِدِيْنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَاََجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا اِلَى نَبِىِ اللهِ اَدَمَ وَحَوَاءَ وَاِلَى جَمِيْعِ مَنْ اَحْسَنَ اِلَيْنَا وَذَوِى الْحُقُوْقِ الْوَاجِبَةِ عَلَيْنَا إِنَّ اللهَ يَتَغَشَّاهُمْ بِالرَّحْمَةِ وَالْمَغْفِرَةِ (الفاتحة)
Wasilah dengan Para guru kita, masyayikh, ORANG TUA dan KAKEK-NENEK kita jalur keatas sampai Nabi Adam dan Hawa, Semua Orang Yang telah berbuat baik pada kita, Orang-orang yang mana kita memiliki kewajiban atas mereka, Limpahkanlah Rahmat dan ampunan kepada mereka semua…(Al-fatihah)

4. كُلِّ اَحَدٍ مِنْ هَذِهِ الْجَمْعِيِّةِ حَاضِرِيْهِمْ وَغَائِبِيْهِمْ إِنَّ اللهَ يُوَسِّعُ لَهُمُ الرِّزْقَ الْحَلاَلِ وَيُيَسِّرُ لَهُمْ اُمُوْرَ الدُّنْيَا وَاْلاَخِرَةِ (الفاتحة)
Setiap Orang dari JAM’IYYAH SURAT WAQI’AH, baik yang hadir maupun yang berhalangan ; semoga mereka semua dianugerahkan rizki yang halal dan dimudahkan semua urusan dunia akhirat…(Al-fatihah)

5. سَيِّدِنَا سُلَيْمَانَ وَسِيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَيْهِمَا الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ وَإِسْكَنْدَارْ ذِى الْقَرْنَيْنِ إِنَّ اللهَ يُؤْتِيْنَا بِبَرَكَتِهِمْ رِزْقَ اْلاَشْبَاحِ وَاْلاَرْوَاحِ بِلاَ نَصَبٍ وَلاَ ضَيْرٍ وَلاَ تَعَبٍ وَإِنَّ اللهَ يَقْضِى بِبَرَكَتِهِمْ حَاجَاتِنَا وَيُطِيْلُ اَعْمَارَنَا فِى طَاعَةِ اللهِ وَيَخْتِمُ لَنَا بِالسَّعَادَةِ وَحُسْنِ الْخَاتِمَةِ (الفاتحة)

Wasilah dengan Nabi Sulaiman AS, Nabi Ibrahim AS, Iskandar Dzilqornain, Semoga kita diberi RIZKI lahir bathin dengan tanpa kesulitan, Penuhilah hajat kami berkat barokah mereka semua, dan berilah kami panjang umur dalam ketaatan kepada Allah SWT, serta akhirilah kehidupan kami dengan kebahagiaan dan khusnul khotimah…(Al-fatihah)


Tidak ada komentar: